Kendati berstatus negara liberal, tak semua kalangan Swedia yang mendukung penggunaan pajak untuk membiayai film porno. Film berjudul “Dirty Diaries” itu kali pertama dipertunjukkan di Stockholm Kamis malam, 3 September 2009.
Menurut laman The Independent Online, sutradara Mia Engberg menerima subsidi dari Institut Film Swedia sebesar 500.000 krona (sekitar Rp 700 juta) untuk membiayai film itu. Menariknya, dana tersebut berasal dari anggaran pemerintah yang bersumber dari uang pembayar pajak.
Namun, ada pula yang mengecam pemberian uang pembayar pajak untuk produksi film porno itu. Mereka adalah Beatrice Fredriksson, politisi muda dari Partai Moderat yang konservatif sekaligus pengelola laman blog Anti-Feminist Initiative.
“Menurut saya, pemerintah tak pantas mendanai proyek seperti itu. Masak, hanya karena bertema feminis, [film] itu dapat dana,” kata Fredriksson. Menariknya, dia berasal dari partai yang dipimpin Perdana Menteri Fredrik Reinfeldt.
Namun, Engberg menolak klaim dari Fredriksson bahwa pendanaan untuk produksi film porno hanya mengambur-hamburkan pajak. “Kami memproduksi film berkualitas tinggi dengan durasi 70 menit. Ini kan cuma 500.000 krona,” kata Engberg.
Dia mengungkapkan bahwa film porno menyajikan sudut pandang yang berbeda dari film-film kebanyakan karena lebih menampilkan perspektif kaum feminis.
Sementara itu ketua Institut Film Swedia, Cissi Elwin Frenkel, membenarkan penyaluran dana untuk produksi film buatan Engberg. “Semua pemain di film itu berusia 18 tahun ke atas. Tidak ada satu pun yang main karena terpaksa dan mereka semua mendapat imbalan yang sama,” kata Frenkel dalam wawancara yang dimuat di laman Institut Film Swedia. •
sumber : VIVAnews
Menurut laman The Independent Online, sutradara Mia Engberg menerima subsidi dari Institut Film Swedia sebesar 500.000 krona (sekitar Rp 700 juta) untuk membiayai film itu. Menariknya, dana tersebut berasal dari anggaran pemerintah yang bersumber dari uang pembayar pajak.
Namun, ada pula yang mengecam pemberian uang pembayar pajak untuk produksi film porno itu. Mereka adalah Beatrice Fredriksson, politisi muda dari Partai Moderat yang konservatif sekaligus pengelola laman blog Anti-Feminist Initiative.
“Menurut saya, pemerintah tak pantas mendanai proyek seperti itu. Masak, hanya karena bertema feminis, [film] itu dapat dana,” kata Fredriksson. Menariknya, dia berasal dari partai yang dipimpin Perdana Menteri Fredrik Reinfeldt.
Namun, Engberg menolak klaim dari Fredriksson bahwa pendanaan untuk produksi film porno hanya mengambur-hamburkan pajak. “Kami memproduksi film berkualitas tinggi dengan durasi 70 menit. Ini kan cuma 500.000 krona,” kata Engberg.
Dia mengungkapkan bahwa film porno menyajikan sudut pandang yang berbeda dari film-film kebanyakan karena lebih menampilkan perspektif kaum feminis.
Sementara itu ketua Institut Film Swedia, Cissi Elwin Frenkel, membenarkan penyaluran dana untuk produksi film buatan Engberg. “Semua pemain di film itu berusia 18 tahun ke atas. Tidak ada satu pun yang main karena terpaksa dan mereka semua mendapat imbalan yang sama,” kata Frenkel dalam wawancara yang dimuat di laman Institut Film Swedia. •
sumber : VIVAnews
No comments:
Post a Comment